top of page
Search

Menghitung Untung dengan Cermat: Pelatihan HPP untuk UMKM Olahan Pangan di Batam

Pendahuluan: Harga Boleh Naik, Tapi Harus Masuk Akal!

ree

Di balik roti sobek lembut yang dijual di pinggir jalan atau snack Basreng Si Uhuy yang dijajakan lewat Instagram, ada satu pertanyaan penting: “Sudahkah kamu menghitung HPP-nya?”

HPP atau Harga Pokok Penjualan adalah komponen vital dalam bisnis, khususnya bagi pelaku UMKM di sektor makanan olahan. Banyak pelaku usaha yang menetapkan harga jual hanya berdasarkan “feeling” atau melihat harga kompetitor, tanpa memahami secara pasti biaya produksinya. Akibatnya? Ada yang rugi tanpa sadar, ada yang kehilangan pelanggan karena harga terlalu mahal, dan banyak yang sulit berkembang karena tidak tahu margin labanya.

Melalui pelatihan lanjutan dalam program Inkubasi Bisnis Angkatan 1 Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi & Usaha Mikro Batam, para peserta yang berasal dari UMKM Batam — belajar menghitung HPP secara sistematis agar bisa mengendalikan biaya dan meningkatkan profit secara nyata. Artikel ini akan menjabarkan bagaimana praktik pelatihan ini dijalankan, apa saja komponen HPP, dan bagaimana peserta bisa mengimplementasikannya langsung dalam bisnis mereka.

Mengapa HPP Penting untuk UMKM?

1. Menentukan Harga Jual yang Masuk Akal

Jika harga jual ditentukan asal-asalan, maka kemungkinan besar keuntungan hanya ilusi. Dengan HPP, kita tahu biaya per unit, lalu bisa menambahkan margin laba yang realistis.

2. Membuka Mata Terhadap Biaya Tersembunyi

Kadang, pelaku usaha lupa menghitung biaya kemasan, listrik, atau bahkan upah tenaga pemilik usaha. Semua ini bisa menyebabkan HPP yang "semu".

3. Membantu Evaluasi Produk

Kalau satu produk HPP-nya terlalu tinggi dan tidak laku, mungkin saatnya ganti bahan, ubah ukuran, atau bahkan digantikan produk baru.

Metode Pelatihan: Simulasi Nyata, Bukan Teori Saja

Dalam pelatihan lanjutan ini, peserta inkubasi bisnis diberikan formulir perhitungan HPP, yang harus diisi menggunakan resep produksi usahanya sendiri, serta simulasi produksi roti yang melibatkan:

  • Bahan baku utama (tepung, telur, gula)

  • Bahan tambahan dan kemasan

  • Biaya tenaga kerja langsung (waktu kerja per batch)

  • Biaya listrik dan sewa (dialokasikan per produk)

  • Penyusutan alat produksi seperti oven dan mixer

File Excel yang digunakan dalam pelatihan (berjudul Perhitungan HPP 40 roti) menunjukkan bahwa total HPP per roti mencapai Rp3.087, sedangkan harga jual disarankan Rp4.100–5.000 untuk memastikan margin ±30%.

Komponen HPP dalam Produk Olahan Pangan

Mengacu pada dokumen “Memahami Harga Pokok Penjualan untuk Produk Olahan Pangan”, komponen utama HPP terdiri dari:

1. Biaya Bahan Baku

Misalnya, untuk 40 roti:

  • Tepung terigu: Rp20.000

  • Telur: Rp12.000

  • Gula: Rp10.000

  • Margarin, ragi, susu bubuk, dan garam: Rp15.000

  • Total bahan baku: Rp57.000

Jika kita bagi ke 40 roti, maka biaya bahan baku per roti = Rp1.425.


2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Asumsikan satu batch (40 roti) dikerjakan selama 2 jam oleh staf dengan upah Rp20.000/jam. Maka:

Biaya tenaga kerja per batch = Rp40.000

Biaya tenaga kerja per roti = Rp1.000

 

3. Biaya Overhead Pabrik

Contohnya:

  • Listrik: Rp500 per batch

  • Gas: Rp1.000 per batch

  • Penyusutan oven dan mixer: Rp1.000 per batch

  • Biaya kemasan (stiker dan plastik): Rp600 per roti

Total overhead per batch = Rp2.500 + kemasan

Overhead per roti (belum kemasan) = Rp62 + Kemasan Rp600

Total HPP per Roti = Bahan baku (1.425) + Tenaga kerja (1.000) + Overhead (662)= Rp3.087

Namun setelah optimasi, ditemukan bahwa bahan dapat dihemat dan biaya batch ditekan hingga total HPP bisa turun ke Rp2.960/roti.

Kesalahan Umum dalam Menghitung HPP

  1. Lupa menghitung waktu kerja sendiri

    Sebagian pelaku UMKM merasa waktu dan tenaga mereka “tidak perlu dihitung”. Padahal ini termasuk biaya tenaga kerja langsung, terutama jika ingin usaha ini naik kelas dan merekrut pegawai.

  2. Mengabaikan biaya listrik, gas, dan penyusutan

    Usaha rumahan sering tidak membebankan biaya listrik atau penyusutan alat. Padahal dalam skala besar, ini signifikan.

  3. Tidak menggunakan resep baku (standard recipe)

    Tanpa takaran pasti, mustahil menghitung HPP per unit. Pelatihan ini mendorong peserta untuk membuat SOP dan resep terukur.

Solusi: Template HPP UMKM dan Konsultasi Berkala

Dalam pelatihan lanjutan ini, peserta tidak hanya belajar teori, tetapi juga dibekali dengan:

  • Template Excel HPP yang mudah diisi

  • Formulir analisis margin keuntungan

  • Simulasi target penjualan dan break-even point (BEP)

  • Pendampingan dari mentor selama 3 minggu pasca pelatihan

Membaca Laba dari HPP: Jangan Asal Untung!

Dengan mengetahui HPP sebesar Rp2.960, dan menjual dengan harga Rp4.500:

  • Margin kotor = Rp4.500 - Rp2.960 = Rp1.540

  • Persentase margin = (1.540 / 2.960) x 100% = ±52%

Namun jika ada promo, potongan reseller, atau kenaikan harga bahan, margin bisa turun. Di sinilah pentingnya memantau dan memperbarui HPP secara berkala.

Langkah Praktis Bagi Peserta Pelatihan dan UMKM Lainnya

  1. Catat semua pengeluaran yang berkaitan dengan produksi

  2. Gunakan resep standar (standard recipe)

  3. Hitung bahan baku, tenaga kerja, dan overhead dengan jelas

  4. Buat file HPP per produk, bukan hanya per batch

  5. Tentukan margin keuntungan yang realistis (20–50%)

  6. Uji harga jual ke pasar dan evaluasi respon pelanggan

  7. Lakukan review HPP setiap 1–2 bulan sekali

Penutup: Dari Perhitungan ke Keuntungan

Melalui pelatihan lanjutan ini, peserta inkubasi tidak hanya mendapat ilmu, tetapi alat untuk bertahan dan berkembang di tengah tantangan ekonomi dan persaingan pasar. HPP bukan sekadar angka — ini adalah dasar logika bisnis yang sehat dan berkelanjutan.

Bagi UMKM olahan pangan di seluruh Indonesia, memahami dan mengelola HPP dengan cermat berarti selangkah lebih dekat menuju usaha yang bukan hanya bertahan, tetapi berkembang dan naik kelas.

 
 
 

Comments


bottom of page