Menghitung Untung dengan Cermat: Pelatihan HPP untuk UMKM Olahan Pangan di Batam
- Roni Adi
- Jul 23
- 4 min read
Pendahuluan: Harga Boleh Naik, Tapi Harus Masuk Akal!

Di balik roti sobek lembut yang dijual di pinggir jalan atau snack Basreng Si Uhuy yang dijajakan lewat Instagram, ada satu pertanyaan penting: “Sudahkah kamu menghitung HPP-nya?”
HPP atau Harga Pokok Penjualan adalah komponen vital dalam bisnis, khususnya bagi pelaku UMKM di sektor makanan olahan. Banyak pelaku usaha yang menetapkan harga jual hanya berdasarkan “feeling” atau melihat harga kompetitor, tanpa memahami secara pasti biaya produksinya. Akibatnya? Ada yang rugi tanpa sadar, ada yang kehilangan pelanggan karena harga terlalu mahal, dan banyak yang sulit berkembang karena tidak tahu margin labanya.
Melalui pelatihan lanjutan dalam program Inkubasi Bisnis Angkatan 1 Tahun 2025 yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi & Usaha Mikro Batam, para peserta yang berasal dari UMKM Batam — belajar menghitung HPP secara sistematis agar bisa mengendalikan biaya dan meningkatkan profit secara nyata. Artikel ini akan menjabarkan bagaimana praktik pelatihan ini dijalankan, apa saja komponen HPP, dan bagaimana peserta bisa mengimplementasikannya langsung dalam bisnis mereka.
Mengapa HPP Penting untuk UMKM?
1. Menentukan Harga Jual yang Masuk Akal
Jika harga jual ditentukan asal-asalan, maka kemungkinan besar keuntungan hanya ilusi. Dengan HPP, kita tahu biaya per unit, lalu bisa menambahkan margin laba yang realistis.
2. Membuka Mata Terhadap Biaya Tersembunyi
Kadang, pelaku usaha lupa menghitung biaya kemasan, listrik, atau bahkan upah tenaga pemilik usaha. Semua ini bisa menyebabkan HPP yang "semu".
3. Membantu Evaluasi Produk
Kalau satu produk HPP-nya terlalu tinggi dan tidak laku, mungkin saatnya ganti bahan, ubah ukuran, atau bahkan digantikan produk baru.
Metode Pelatihan: Simulasi Nyata, Bukan Teori Saja
Dalam pelatihan lanjutan ini, peserta inkubasi bisnis diberikan formulir perhitungan HPP, yang harus diisi menggunakan resep produksi usahanya sendiri, serta simulasi produksi roti yang melibatkan:
Bahan baku utama (tepung, telur, gula)
Bahan tambahan dan kemasan
Biaya tenaga kerja langsung (waktu kerja per batch)
Biaya listrik dan sewa (dialokasikan per produk)
Penyusutan alat produksi seperti oven dan mixer
File Excel yang digunakan dalam pelatihan (berjudul Perhitungan HPP 40 roti) menunjukkan bahwa total HPP per roti mencapai Rp3.087, sedangkan harga jual disarankan Rp4.100–5.000 untuk memastikan margin ±30%.
Komponen HPP dalam Produk Olahan Pangan
Mengacu pada dokumen “Memahami Harga Pokok Penjualan untuk Produk Olahan Pangan”, komponen utama HPP terdiri dari:
1. Biaya Bahan Baku
Misalnya, untuk 40 roti:
Tepung terigu: Rp20.000
Telur: Rp12.000
Gula: Rp10.000
Margarin, ragi, susu bubuk, dan garam: Rp15.000
Total bahan baku: Rp57.000
Jika kita bagi ke 40 roti, maka biaya bahan baku per roti = Rp1.425.
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Asumsikan satu batch (40 roti) dikerjakan selama 2 jam oleh staf dengan upah Rp20.000/jam. Maka:
Biaya tenaga kerja per batch = Rp40.000
Biaya tenaga kerja per roti = Rp1.000
3. Biaya Overhead Pabrik
Contohnya:
Listrik: Rp500 per batch
Gas: Rp1.000 per batch
Penyusutan oven dan mixer: Rp1.000 per batch
Biaya kemasan (stiker dan plastik): Rp600 per roti
Total overhead per batch = Rp2.500 + kemasan
Overhead per roti (belum kemasan) = Rp62 + Kemasan Rp600
Total HPP per Roti = Bahan baku (1.425) + Tenaga kerja (1.000) + Overhead (662)= Rp3.087
Namun setelah optimasi, ditemukan bahwa bahan dapat dihemat dan biaya batch ditekan hingga total HPP bisa turun ke Rp2.960/roti.
Kesalahan Umum dalam Menghitung HPP
Lupa menghitung waktu kerja sendiri
Sebagian pelaku UMKM merasa waktu dan tenaga mereka “tidak perlu dihitung”. Padahal ini termasuk biaya tenaga kerja langsung, terutama jika ingin usaha ini naik kelas dan merekrut pegawai.
Mengabaikan biaya listrik, gas, dan penyusutan
Usaha rumahan sering tidak membebankan biaya listrik atau penyusutan alat. Padahal dalam skala besar, ini signifikan.
Tidak menggunakan resep baku (standard recipe)
Tanpa takaran pasti, mustahil menghitung HPP per unit. Pelatihan ini mendorong peserta untuk membuat SOP dan resep terukur.
Solusi: Template HPP UMKM dan Konsultasi Berkala
Dalam pelatihan lanjutan ini, peserta tidak hanya belajar teori, tetapi juga dibekali dengan:
Template Excel HPP yang mudah diisi
Formulir analisis margin keuntungan
Simulasi target penjualan dan break-even point (BEP)
Pendampingan dari mentor selama 3 minggu pasca pelatihan
Membaca Laba dari HPP: Jangan Asal Untung!
Dengan mengetahui HPP sebesar Rp2.960, dan menjual dengan harga Rp4.500:
Margin kotor = Rp4.500 - Rp2.960 = Rp1.540
Persentase margin = (1.540 / 2.960) x 100% = ±52%
Namun jika ada promo, potongan reseller, atau kenaikan harga bahan, margin bisa turun. Di sinilah pentingnya memantau dan memperbarui HPP secara berkala.
Langkah Praktis Bagi Peserta Pelatihan dan UMKM Lainnya
Catat semua pengeluaran yang berkaitan dengan produksi
Gunakan resep standar (standard recipe)
Hitung bahan baku, tenaga kerja, dan overhead dengan jelas
Buat file HPP per produk, bukan hanya per batch
Tentukan margin keuntungan yang realistis (20–50%)
Uji harga jual ke pasar dan evaluasi respon pelanggan
Lakukan review HPP setiap 1–2 bulan sekali
Penutup: Dari Perhitungan ke Keuntungan
Melalui pelatihan lanjutan ini, peserta inkubasi tidak hanya mendapat ilmu, tetapi alat untuk bertahan dan berkembang di tengah tantangan ekonomi dan persaingan pasar. HPP bukan sekadar angka — ini adalah dasar logika bisnis yang sehat dan berkelanjutan.
Bagi UMKM olahan pangan di seluruh Indonesia, memahami dan mengelola HPP dengan cermat berarti selangkah lebih dekat menuju usaha yang bukan hanya bertahan, tetapi berkembang dan naik kelas.



Comments