top of page
Search

Menavigasi Risiko dalam Perdagangan Internasional: Strategi untuk Mengatasi Keterlambatan Pengiriman, Biaya Logistik yang Tinggi, dan Hambatan Bea Cukai


Pendahuluan

Dalam ekonomi global yang semakin terhubung, arus barang lintas batas menjadi kunci bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Namun, perdagangan internasional menghadapi berbagai tantangan operasional, seperti keterlambatan pengiriman, biaya logistik yang terus meningkat, dan proses bea cukai yang rumit. Masalah-masalah ini dapat mengganggu rantai pasokan, meningkatkan biaya operasional, dan menurunkan kepuasan pelanggan jika tidak ditangani dengan baik. Artikel ini mengulas risiko yang terkait dengan operasi perdagangan internasional serta strategi yang dapat diterapkan oleh bisnis untuk mengurangi dampak dari risiko tersebut.


Keterlambatan Pengiriman: Tantangan Utama dalam Perdagangan Internasional

Salah satu risiko terbesar dalam perdagangan internasional adalah keterlambatan pengiriman barang. Keterlambatan ini tidak hanya menyebabkan peningkatan biaya, tetapi juga menurunkan tingkat kepuasan pelanggan dan bahkan bisa mengakibatkan hilangnya peluang bisnis. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan keterlambatan, termasuk infrastruktur transportasi yang tidak memadai, kemacetan pelabuhan, dan gangguan dalam rantai pasokan (Hoerunisa, Sijabat, & Setyawati, 2024).

Faktor Penyebab Keterlambatan Pengiriman

  • Masalah Transportasi: Infrastruktur jalan yang sudah ketinggalan zaman dan kapasitas pelabuhan yang terbatas dapat menyebabkan keterlambatan pengiriman yang signifikan. Selain itu, kejadian tak terduga seperti kecelakaan atau bencana alam dapat memperburuk keadaan.

  • Kemacetan Pelabuhan: Di pelabuhan internasional yang sibuk, volume kargo yang tinggi ditambah dengan proses yang tidak efisien sering kali menyebabkan kemacetan dan waktu tunggu yang panjang untuk kapal dan truk.

  • Gangguan Rantai Pasokan: Peristiwa seperti kebangkrutan pemasok, pemogokan buruh, atau ketidakstabilan politik dapat mengganggu kelancaran aliran barang, menyebabkan keterlambatan di berbagai tahapan rantai pasokan (Baryannis et al., 2018).

Strategi Mitigasi dan Manajemen Risiko

Untuk mengatasi masalah keterlambatan pengiriman, perusahaan perlu melakukan analisis risiko yang mendalam. Ini termasuk mengidentifikasi potensi hambatan, mengembangkan rencana darurat, dan menerapkan sistem pemantauan untuk mendeteksi keterlambatan dengan cepat. Manajemen risiko rantai pasokan (SCRM) melibatkan identifikasi kerentanannya, pengembangan rencana darurat, dan implementasi teknologi pemantauan untuk mendeteksi masalah sedini mungkin (Baryannis et al., 2018).

Beberapa langkah yang dapat diambil:

  • Diversifikasi Rute dan Moda Transportasi: Penggunaan berbagai rute dan moda transportasi (seperti kereta api atau udara) dapat mengurangi ketergantungan pada satu jalur utama, sehingga menjadikan rantai pasokan lebih fleksibel terhadap gangguan.

  • Mempertahankan Stok yang Memadai: Menjaga tingkat persediaan yang cukup berfungsi sebagai penyangga untuk menanggulangi keterlambatan pengiriman, memastikan bahwa permintaan pelanggan tetap dapat terpenuhi meskipun pengiriman terlambat.

Biaya Logistik yang Tinggi: Masalah yang Tidak Bisa Diabaikan

Selain keterlambatan pengiriman, tingginya biaya logistik juga menjadi tantangan besar bagi bisnis dalam perdagangan internasional. Biaya logistik meliputi transportasi, pergudangan, pengelolaan inventaris, dan biaya terkait lainnya. Ketidakefisienan dalam proses logistik dan infrastruktur yang tidak memadai sering kali menyebabkan biaya yang sangat tinggi (Duin et al., 2020).

Faktor Penyebab Biaya Logistik yang Tinggi

  • Proses yang Tidak Efisien: Pengelolaan yang dilakukan secara manual, pengulangan tugas, dan kurangnya otomatisasi dalam proses logistik menyebabkan ketidakefisienan yang berujung pada biaya yang lebih tinggi.

  • Infrastruktur yang Tidak Memadai: Infrastruktur transportasi yang buruk, kapasitas pelabuhan yang terbatas, dan gudang yang sudah usang turut menambah beban biaya dalam operasi logistik. Investasi untuk memperbaiki infrastruktur ini dapat mengurangi biaya transportasi dan pergudangan secara signifikan (Bosona, 2020).

  • Hambatan Regulasi: Prosedur bea cukai yang rumit, pembatasan perdagangan, dan inefisiensi dalam birokrasi turut memperburuk biaya logistik. Menyederhanakan proses-proses ini dan menyelaraskan regulasi antar negara dapat membantu menurunkan biaya dan mempermudah perdagangan (Faria et al., 2015).

Strategi Mitigasi Biaya Logistik

Untuk mengendalikan biaya logistik, perusahaan perlu mengoptimalkan proses dengan otomatisasi dan adopsi teknologi terbaru. Menggunakan sistem manajemen gudang (WMS) dan sistem manajemen transportasi (TMS) dapat membantu memperlancar operasi dan meningkatkan visibilitas, sehingga biaya dapat ditekan (Kengpol & Tuammee, 2016).

Selain itu, berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur—seperti memperluas kapasitas pelabuhan dan memperbarui gudang—dapat mengurangi biaya operasional dalam jangka panjang. Kolaborasi antar perusahaan dalam rantai pasokan, berbagi informasi, dan koordinasi kegiatan juga bisa meningkatkan efisiensi dan menurunkan biaya.

Hambatan Bea Cukai: Tantangan dalam Navigasi Regulasi

Hambatan bea cukai, seperti tarif, kuota, dan hambatan non-tarif lainnya, menjadi salah satu tantangan besar dalam perdagangan internasional. Hambatan ini menambah biaya perdagangan dan menciptakan ketidakpastian yang memperumit navigasi proses bea cukai (Giuffrida et al., 2019).

Penyebab Hambatan Bea Cukai

  • Tarif dan Kuota: Pajak dan batasan jumlah barang yang dapat diimpor meningkatkan biaya barang, yang pada gilirannya membuatnya kurang kompetitif di pasar domestik.

  • Hambatan Non-Tarif: Ini mencakup tindakan sanitasi dan fitosanitasi, hambatan teknis untuk perdagangan, serta peraturan yang dapat membatasi kelancaran arus barang.

  • Birokrasi yang Rumit: Prosedur bea cukai yang panjang dan penuh birokrasi bisa menyebabkan penundaan yang akhirnya meningkatkan biaya operasional (Chang, Iakovou, & Shi, 2019).

Strategi Mengatasi Hambatan Bea Cukai

Manajemen bea cukai yang efektif sangat penting untuk meminimalkan dampak hambatan ini. Mengembangkan program kepatuhan perdagangan yang komprehensif akan memastikan bahwa bisnis tetap mematuhi peraturan yang berlaku dan menghindari keterlambatan yang merugikan. Pialang bea cukai yang berpengalaman dapat membantu mempercepat proses dan mengurangi waktu serta upaya yang diperlukan untuk menangani prosedur ini (Philipp et al., 2019).

Bisnis juga bisa memanfaatkan Perjanjian Perdagangan Bebas (FTA) untuk mengurangi tarif dan memperluas akses pasar. Selain itu, merestrukturisasi rantai pasokan untuk memanfaatkan negara-negara dengan perjanjian perdagangan yang lebih menguntungkan dapat mengurangi dampak hambatan bea cukai (Rodríguez-Espíndola et al., 2020).

Peran Teknologi dalam Mengelola Risiko

Teknologi memainkan peran besar dalam membantu perusahaan mengelola risiko yang berkaitan dengan keterlambatan pengiriman, biaya logistik tinggi, dan hambatan bea cukai. Teknologi canggih seperti blockchain, kecerdasan buatan (AI), dan analisis data besar memberikan solusi baru yang dapat meningkatkan transparansi, keamanan, dan efisiensi dalam operasi perdagangan internasional (Chang, 2019).

  • Blockchain membantu meningkatkan keterlacakan barang dalam rantai pasokan, memungkinkan perusahaan untuk melacak produk dari asal hingga tujuan. Ini mengurangi risiko penipuan dan kesalahan dalam proses perdagangan (Philipp et al., 2019).

  • AI dan Analisis Prediktif: Kecerdasan buatan dapat digunakan untuk memprediksi permintaan, mengoptimalkan inventaris, serta memprediksi gangguan dalam rantai pasokan sehingga perusahaan dapat merespons lebih cepat (Baryannis et al., 2018).

  • Analisis Big Data: Dengan memberikan visibilitas real-time ke dalam operasi rantai pasokan, analisis data besar memungkinkan bisnis untuk mengidentifikasi ketidakefisienan dan merespons gangguan dengan cepat, yang pada akhirnya meningkatkan pengambilan keputusan (Srikanth et al., 2023).

Studi Kasus

  • Pelabuhan Tanjung Priok: Penelitian tentang kelangkaan kontainer di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, menunjukkan bahwa kemacetan dan keterbatasan ruang menjadi faktor utama penyebab keterlambatan. Solusi yang diusulkan termasuk reposisi kontainer untuk mengatasi ketidakseimbangan pasokan dan permintaan, yang akan mengurangi kemacetan (Hoerunisa et al., 2024).

  • Indeks Kinerja Logistik Brasil: Penelitian tentang kinerja logistik Brasil mengungkapkan bahwa birokrasi yang rumit menjadi penghambat utama efisiensi logistik. Brasil menempati posisi ke-26 dari 39 negara, yang menunjukkan perlunya reformasi dalam prosedur bea cukai dan pengaturan regulasi (Faria et al., 2015).

  • E-Commerce ke Tiongkok: Studi tentang perdagangan elektronik lintas batas ke Tiongkok mengidentifikasi empat solusi utama untuk masuk ke pasar tersebut. Risiko utama yang harus dihadapi mencakup perubahan regulasi dan fluktuasi permintaan (Giuffrida et al., 2019).

Kesimpulan

Menerapkan analisis risiko yang tepat sangat penting untuk mengelola keterlambatan pengiriman, biaya logistik tinggi, dan hambatan bea cukai dalam perdagangan internasional. Dengan strategi yang tepat dan penerapan teknologi, bisnis dapat mengurangi risiko ini, meningkatkan efisiensi operasional, dan meningkatkan daya saing di pasar global. Teknologi dan kolaborasi lintas rantai pasokan semakin memperkuat kemampuan perusahaan dalam menghadapi tantangan perdagangan internasional yang kompleks.


Referensi :

  1. Hoerunisa, Y., Sijabat, E.A.S., & Setyawati, A. (2024). Analysis of factors affecting container shortages at Tanjung Priok Port, Jakarta. International Journal of Innovative Science and Research Technology, 5(12), 134-139. https://doi.org/10.38124/ijisrt/ijisrt23dec1915

  2. Baryannis, G., Validi, S., Dani, S., & Antoniou, G. (2018). Supply chain risk management and artificial intelligence: State of the art and future research directions. Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/00207543.2018.1530476

  3. Golan, M.S., Jernegan, L.H., & Linkov, I. (2020). Trends and applications of resilience analysis in supply chain modeling: A systematic review in the context of COVID-19. Springer Science+Business Media. https://doi.org/10.1007/s10669-020-09777-w

  4. Duin, R.V., Wiegmans, B., Arem, B.V., & Amstel, Y.V. (2020). From home delivery to parcel lockers: A case study in Amsterdam. Elsevier BV. https://doi.org/10.1016/j.trpro.2020.03.161

  5. Bosona, T. (2020). Long-distance urban freight transport logistics: Challenges and opportunities for sustainability: A review. Sustainability, 12(21), 8769. https://doi.org/10.3390/su12218769

  6. Kengpol, A., & Tuammee, S. (2016). Development of a decision support framework for quantitative risk assessment in multimodal green logistics: Empirical study. International Journal of Logistics Research and Applications, 19(6), 534-547. https://doi.org/10.1080/00207543.2015.1041570

  7. Chang, Y., Iakovou, E., & Shi, W. (2019). Blockchain in global supply chains and cross-border trade: Critical synthesis on the state of the art, challenges, and opportunities. Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/00207543.2019.1651946

  8. Philipp, R., Prause, G., & Gerlitz, L. (2019). Blockchain and smart contracts for entrepreneurial collaboration in maritime supply chains. De Gruyter Open. https://doi.org/10.2478/ttj-2019-0030

  9. Rodríguez-Espíndola, O., Chowdhury, S., Beltagui, A., & Albores, P. (2020). Emerging disruptive technologies in humanitarian supply chains: Integrating blockchain, artificial intelligence, and 3D printing. Taylor & Francis. https://doi.org/10.1080/00207543.2020.1761565

  10. Srikanth, M., Srinivasan, D.S., Sabapathy, C., Latha, D.N., & Deepa, A. (2023). Big data analytics in smart logistics management. IEEE SmartTechCon 2023. https://doi.org/10.1109/SmartTechCon57526.2023.10391554

 

 
 
 

Comments


bottom of page